Translator

Minggu, 24 April 2011

Puisi Pahlawan

DIPONEGORO
Chairil Anwar


Di masa pembangunan ini
tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api

Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.

MAJU

Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.

Sekali berarti
Sudah itu mati.

MAJU

Bagimu Negeri
Menyediakan api.

Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai

Maju
Serbu
Serang
Terjang

(Februari 1943)
AGUSTUS
Mansur Samin

Berdirilah hening dalam kehampaan malam
jiwa siapa yang patut dikenang
hitung dari mula
kerna letak kejadian indah
adalah hadirnya upcara duka
membangun kepercayaan teguh

Apakah mereka dengan kita bicara
menghitung hari-hari silam kehilangan rupa
atas rumah-rumah di lingkaran gelap
atas anak-anak di ketiadaan harap
dari dulu terduga selalu

Berdrilah hening dalam kehampaan malam
ucapkan lunak kesanggupan yang bimbang
jangan tangisi, jangan hindari kenyataan ini
kerna fajar pagi akan membuka langit letihnya
menyediakan tanya untuk kita saling tidak bicara


Di mendung gerimis Agustus ini
simpanlah risalah lama melantung kedalaman
tentang hari-hari gemilang yang akan datang
tentang akhir-akhir hutang yang tiada pegangan
heningkan di sini, jangan dengan separo hati !

Berdirilah hening dalam kehampaan malam
melupakan cedera kehilangan rupa
tegakkan pula
suatu bentuk baru di hatimu mengorak jauh
suatu pandangan kudus di pilumu diam bergalau
kita pun semua tahu untuk apa mengenang itu.


Mimbar Indonesia,
Th XIV, No. 50
1960


BAMBU RUNCING
Aspar Paturusi

surabaya mengukir sejarah
rakyat bangkit melawan
mereka unjuk kekuatan
mereka tersinggung marah
sekutu dengan angkuh
menyuruh mereka menyerah
berbaris menyerahkan senjata
seraya mengangkat tangan
pasukan terlatih dengan senjata canggih
tak kuasa melumpuhkan semangat juang
perlawannan rakyat yang gigih
yang bersatu bahu membahu
mereka rela dan siap mati
untuk harkat kemerdekaan
demi kehormatan bangsa
sekutu yang berpengalaman tempur
memuntahkan segala macam peluru dan bom
ke seluruh penjuru kota
namun rakyat tetap melawan
dengan senjata apa adanya
dengan bambu runcing perjuangan
bambu runcing melawan meriam
bambu runcing melawan tank
bambung runcing melawan keangkuhan
itulah bambu runcing kemerdekaan
bambu runcing cinta tanah air
bambu runcing pengabdian
bambu runcing hati nurani
kini, 64 tahun kemudian
masihkah tergenggam bambu runcing
bambu runcing kebenaran
bambu runcing keadilan
bambu runcing hukum
yang merubuhkan penghianat amanah bangsa
melumpuhkan para maling kekayaan bangsa
ayo, kita raih bambu runcing kembali
yang tak pernah hilang dalam hati nurani

jakarta, 2009

OMBAK ABAD DUA SATU
Aspar Paturusi

kualirkan kisah ke dalam gelombang
kutitipkan lewat sejarah abad kami
adakah terpantul pada cahaya permukaan laut
wajah-wajah kakekmu
hidup dalam gelisah sejarah
gelisah zaman bagai dongeng yang tak punya akhir
bertanyalah pada ombak sekitar pulau-pulaumu
ombak kami dulu yang masih memburu pantaimu
selamat pagi, anak muda abad dua satu
aku tak sempat lagi bersamamu
membacakan kisah-kisah lama

1980

WALAU SETETES DARAH
Aspar Paturusi

ada setetes darah
terjerembap di jalanan
ada setitik air mata
tersungkur di atas darah
darah ini darah siapa
airmata ini airmata siapa
hanya langit mendung memayunginya
tapi bumi tahu siapa yang empunya
jangan bersedih dedaunan
kicaumu jangan sendu hai burung
darah itu menetes dari roh nurani
butir airmata adalah belaian damai
jangan biarkan darah itu mengering
jangan abaikan titik airmata itu
walau cuma setetes darah dan airmata
dari sini awal kemerdekaan
dikumandangkan

jakarta, agustus 1996


MASIHKAH BUNGA 'KAN MEKAR
Dadan Dania DK

Langit memerah darah manakala Yogya berpagar sangkur

pagi-pagi empat Mei empat tujuh
fajar memudarkan pijar belulang yang terbakar
kenyataan memanggilmu tampil
insyaf akan tanggung jawab
yakin akan kebenaran Islam
Yoesdi Ghazaii, Anton Timoer, Nursyaf, Ibrahim dkk
menuntunmu bangkit sebagai anak kandung revolusi.

Udara pertama yang kauhirup
wanginya mesiu
atas kerikil dan onak yang terserak
beranjak meniti hari yang bertaji
dada membusung punggung terpampang
menantang cambuk dan dera seterumu
bekalmu semata takwa,
takwa yang membinar jadi syukur
manakala pesona bertahta di beranda sukma
takwa yang berpijar jadi sabar
manakala petaka tersaji di serambi hati.

Bagai debu di garis horison,
tak orang balk-balk berpikir akan ujudmu
bagai punguk di balik awan
tak orang benar-benar mendengar akan cicitmu

Jalur yang terentang putus diranjah mereka
kauluruskan telunjuk dengan gemeletuk gigi
"setapak saja langkah meranjah sela hela
menjamah ranah membentang prana sengketa
gemerlap derapmu kurancap ...
tercapai atau tergapai", itu serumu.

Tekad yang terpahat, tombak mahaampuh meruntuhkan musuh
perisai tangguh menadah pongah punah,
kendati jiwa terpancang atas gelinjang lantang
t'lah kau perketat sekerat ikat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar